Nggak.
Fast answer.
(Ada beberapa kalimat yang gue kutip dari video Agung Hapsah, thanks untuk yang ngingetin. Pantes pas nulis gue merasa gimana gitu)
Seperti banyaknya public figure (well biasanya yang 'kelas'nya masih koar koar di socmed), pasti ceplosin gini kalau ada yang kritik mereka, "Lo sendiri udah punya karya, belum?".
Seperti banyaknya public figure (well biasanya yang 'kelas'nya masih koar koar di socmed), pasti ceplosin gini kalau ada yang kritik mereka, "Lo sendiri udah punya karya, belum?".
Terus semua orang mengamini dan merenung, "Oh iya, ya... Gue harus punya karya dulu kalau mau kritik orang lain..".
Sekarang coba tanya ke diri sendiri:
Berarti lo gaboleh kritik presiden, dong?
Berarti lo gaboleh kritik makanan, dong? Emang lo udah jago masak?
Berarti ga boleh kritik film?
Jadi yang boleh, siapa? Orang yang lebih jago? Ngga dong. Karena sejatinya diatas langit ada langit. Karena nyatanya ngga ada orang yang sempurna. Kalau gitu gue gaboleh kritik presiden kalau kebijakannya ngga bijak? Eh tapi kan gue bukan presiden? Jadi gue ga boleh kritik.
Gimana, masih nyaman dengan pendapat "Kritik harus punya karya", nggak?
Kritik itu bagian dari interaksi sosial, jadi selow aja. Ngga ada aturan harus bisa bikin lebih baik atau gimana. Anggep aja ketika bagian dari society ini ada yang 'sakit', orang ini 'menyembuhkan' dengan mengoreksi si bagian dari society agar bisa terus maju.
Bagi gue, lo kalo mau kritik orang ngga harus punya karya dulu. Lo kalo misalnya mau kritik, silahkan. Tapi gue pribadi merasa ada beberapa pesan-pesan sebelum lo kritik orang.
1. Lakukan dengan santun
Apa sih kritik itu? Masukan atas kekurangan.
Untuk apa sih? Agar orang yang dikritik membuat suatu kemajuan. Suka ngga suka, itu adalah tujuan utama kritik. Biar orang ngga begitu lagi.
Tapi kalo kritik lo gajelas, marah-marah, surat kaleng nyampah, ngga ada isinya. Emang pesan lo sampai? Nggak kan?
Tujuan lo jadinya apa? Cuma buat ngatain orang doang? Itu bukan kritik, itu menghujat dan menghujat itu salah.
Jangan berkata, "Ah dasar jelek" dan bersembunyi dibalik label"Kritik" karena itu BUKAN. Itu bukan kritik karena ngga ada isinya, bukan kritik karena apa tujuannya? Cuma 'buang sampah' doang mah sebelah mananya yang membangun?
Seperti lagu rap diss Younglex. Gue emang berpikir Younglex punya banyak kekurangan, tapi rap diss salah satu rapper yutup Indo ada yang isinya cuma
"Younglex ta* anj*ng
Younglex it*l bab*"
Itu sebelah mananya yang membangun? Apa yang lo harapkan dari Younglex ketika dia dengerin? Bakal mikir, "Oke, aku akan berusaha lebih berkualitas! Hmph!", gitu? Kan nggak.
Makannya kalo kritik sebaiknya santun dan berisi kalau temanya ringan dan lo sendiri cukup familiar.
Tapi kalo ngga familiar?
2. Setidaknya tau apa yang dibahas
Kayak orang mendesripsikan karya temporary arts dengan cuma nyek-nyekin, "Kok ini lebih mahal dari lukisan ini?", "Kok pajangan tissue doang jadi pameran?". Jangan kritik kalo materinya susah dan belom dikuasai. Kalau mau kritik yang susah-susah, misalkan tentang teori Darwin, musik Avant-garde. Edison Vs. Tesla, belajar dulu. Jangan bilang manusia itu plek dari monyet, kalo lo ngomong gitu artinya belom baca lagi teori evolusi.
Oke gue jelasin aja, manusia itu punya buyut yang berupa manusia purba, terus turun-turun terus, si manusia purba ada yang berubah fisiknya jadi kaya manusia kera, ada yang jadi kaya manusia, ada yang jadi apalah apalah.
Jadi bukan kita plek turun dari kera. 'Nenek moyang' itu bukan bener-bener nenek, tapi kita berasal dari 1 makhluk purba yang berevolusi berjuta tahun. Hubungan kita sama monyet bukan vertikal, tapi horizontal.
Apalagi ada yang komen tentang temporary arts tanpa dia minimal MENGERTI konsep temporary arts.
Oke, seni kontemporer adalah 10% keterampilan seni 90% filosofi. Bahkan 10% dicompress jadi cuma 2%. Jadi kalo lo liat lukisan temporer, jangan cuma DILIAT bentuknya. Tapi DIBACA filosofinya.
Karena that's what contemporary art means.
Kita ambil lukisan Marc Rothko deh, seniman abstrak ekspresionis.
Dia cuma kotak-kotak doang, DOANG kan?
Tapi kalau dibaca cara dia mempresentasikannya, apa arti dari kotak kotak doang, kalian bisa mengerti kenapa dia begitu legend.
Rothko dulunya orang biasa dengan lukisan biasa. Dia dulu pengagum mitologi Yunani, makanya dulu lukisannya cenderung normal. Gambarnya seputar orang dengan kesibukannya, tableaux-vivant bahasa kerennya.
Tapi karena life lesson, dia jadi ngerti kalau mitologi itu drama. Mitologi digambar detail untuk transfer drama, untuk transfer harapan bahwa semua indah semua majestic semua heroik, dan karena dia depresi, matanya terbuka kalo, "Weh, realistis aja bro. Ngga semua seputar heroisme". Akhirnya setelah beberapa proses (sempet nyebur ke surrealisme) dia membuat lukisan dengan objek besar karena ngga ada 'probabilitas' dan 'harapan' yang kadang bikin orang tertampar sama kenyataan. Lukisan dengan kuas besar merefleksikan diri sendiri, "Apapun yang lo pikirin deh. Lukisan gue ada sebagai cermin buat emosi lo".
Makin kesini, ya yang lo liat ya itudeh. Goresan kotak kotak vertikal sejajar.
Makannya ia gunain warna yang berkaitan, biar dirasa ada vibrasi. Ini konstruksi warna untuk membuat ambience, bukan kompleksitas bentuk. Di blok warna ini lo bisa liat gambaran emosi Rothko dan diri lo sendiri.
Rothko itu kalo gantung lukisan di pameran, selalu ditaro di bawah, hanya beberapa cm dari lantai. Kanvasnya plek sejajar sama badan kita. Sebaiknya diliat dari dekat. Agar seakan kita masuk ke dunia warna dan ambience yang ingin diperlihatkan Rothko pada kita. Dan orang itu nangis liat lukisan dia karena menyerap jiwa haha!
Kaya karya Young Lex deh. Gue bilang secara musikal dia emang kurang sekali. KURANG SEKALI ya. Bukan karena sentimen, bukan. Tapi emang pemahaman pola, sense of rythm yang ngga tajem, bisa diliat dari freestylenya yang bener-bener melupakan salah satu komponen dasar ritme: pola dan birama.
Ntar gue tulis kalau minat. Tapi karena gue merasa YL itu kurang bagus, makannya gue browsing ke arah rap, karena apa yang gue komenin tadi berdasarkan teori musik klasik. Makannya gue belajar rap, seperti apa sih yang bagus? Terus Saykoji menjawab, "Yang ada rimanya. Ujungnya sama tapi kata-nya beda".
Gue liat freestyle Rich Chigga dan mengamini sekali akan kualitas dia, minimal sense of ritme dia jalan. Dia punya 'birama' yang selalu mengetuk di pikirannya, makannya pola freestyle yang dia buat rapih.
And, no. Younglex ngga bisa cuma les bahasa inggris lantas nyaingin Chigga di mata dunia. Karena kendala dia yang penting bukanlah bahasa, tapi hal yang lebih fundamental: sense of rythm.
Tambah gasuka karena dia anti-kritik :) banyak yang dia katain dengan bahasa kotor padahal isi komennya ada bobot.
Kalau mau kritik karya orang, kalian ngga harus punya karya, kok :)
Tapi minimal kalian harus ngerti, kalian mau ngomong apa tentang apa. Jangan ujug-ujug, "Musik gajelas" pas dengerin Brava Radio 103.8 fm hanya karena kalian ngga ngerti dan ga suka.
Makannya gue ngga mau komentar tentang politik, simply karena gue ngga punya ilmu dasarnya, ngga paham kebijakan di Indonesia, ditanya APBD buat apa aja gue cengo.
Sebenernya segitu aja, kalo ngga setuju gapapa namanya juga beruang kutub mau bobo dulu ya, dada.
keren nih mbak. aku setuju banget sama argumen kamu tentang kritik yang boleh tanpa karya, tapi masih harus mengikuti tata caranya. aku lagi ngusahain ini sih sebenernya.
BalasHapusAbis ini aku jadi pengen cari tau lebih banyak Younglex.Ketauan ga updatenya hehe
BalasHapusDan soal kritik aku takut salah dan bikin tersinggung yang dikritiknya hehehe. Kadang suka sebel sama status-status no mention di medsos yang lagi rame. Yang dituju siapa yang baper siapa. Bukan berarti harus dimention juga karena ujungnya malah jadi objek bullyan. Kalau yang enak sihh menurutku disampaikan secara pribadi aja.
Iya aku jg menghindari status no mention hehe
HapusYoung Lex mirip sama blogger yang suka misuh misuh itu, ya Nahla.
BalasHapusYang suka ujug ujug memaki itu loh, iya, dia temen kita juga. Kita loh, bukan kamu.
Yanglek junjungan aku mak nyahahahaha
HapusSetuju! :D Asal disampaikan dengan sopan. Kalau masih nggak terima, berarti emang orangnya yang sombong dan nggak mau dikritik.
BalasHapusSebelum berkomentar, memang kita harus mengerti dulu tentang apa yang kita komentari. Aku setuju sama Mbak. :)
BalasHapusAku welcome sama kritik, asal ada saran juga. :D
BalasHapusSetuju, Mbak. Justru pengkritik tahu apa kekurangan karya kita (misalnya) :)
BalasHapusAku juga gmau sok2 an komenin lukisan...kagak ngarti babar blas :(
BalasHapusNulis ttg musik aja atu nahla, biar aku mengerti utk ngritik yonglek
BalasHapusKali ini aku padamu Nahla ahahaha akhirnya ada yang nulis soal ginian. Back to topic, aku personal nggak suka YL karena attitude, as simple as that. Aku pernah seusia dia, berbahasa kotor juga, tapi nggak harus diumbar. Kalau dengan begitu dia hepi, kok ya aku sedih. Apalagi dia sampe ngehina legend rap coba. OMG parah -__-
BalasHapusUdah liat live rap dia pas interview kemarin? Gimana menurutmu?
Udaaaah, nanti aku tulis ttg freestylenya ya kapan2 hahahaha
HapusSaya malah suka kalau ada yang memberi kritik/saran pada karya saya, apalagi kalau itu bersifat membangun. :D
BalasHapusSetuju, kritik harus disampaikan dengan santun dan berbobot jadi yang menerima bisa memperbaiki diri dan tidak tersinggung tentunya.
BalasHapusBtw siapa sih Yonglex ituuh?? Hahaha ane kagak update
Tentang lukisan saya juga ga berani komentar karena blas ga punya ilmu dasarnya, haha
Dia rapper gaul 2k16 hahahah!
HapusNahla, barusan aku abis BW ke blog temen yang bahas soal haters dan dia ngambil contoh si yangleks, terus skrh BW ke blogmu.......kenapa contohnya yangleks juga hahahah
BalasHapuswww.fujichan.net
Yanglek junjungan aq
HapusWell, iya sih. Jangan ujug-ujug ngedumel kalo akar permasalahannya aja ga ngerti. Itu mah asal nyablak namanya. :’’
BalasHapusLike mbak ๐
BalasHapusKayaknya kata-kata pembuka gue kenal banget dah di videonya si Agung Critism๐๐๐
BalasHapusLu fansnya agung hapsah juga pasti? *Toss
Www.aisyabrilliant.blogspot.co.id
YAAMPUN pantesan pas fua ngetik gua ngerasa apa gigu, ternyata bener banget gw pernah nonton itu juga. Thanks for reminding ya, ntar gw tulis sumbernya (y)
Hapus