photo by me donk ach |
Kalau kalian liat konten blog gue dari pemilihan kata yang gue gunakan dan cara gue mengungkapkan sesuatu ketika mengangkat tema yang sedikit pedas, wajar banget kalau kalian pikir gue adalah orang yang rusuh, tukang debat dan suka ngeramein ketika ada huru-hara di social media.
Karena gue sendiri yang membuat image itu, gue sendiri yang ‘sengaja’ branding diri sendiri sebagai orang yang cenderung vokal dan sedikitnya cenderung ‘nyablak’. Ngga menampikkan diri juga kalau ada yang bilang gue terlalu ngegas, ya gimana sich kan gue sendiri yang pilih wajah.
Gue punya satu etika yang gue pegang selama….. Setaun terakir. Yaitu: Silahkan rusuh di lapak (blog) sendiri, tapi jangan rusuh di lapak orang.
Artinya, gue ngga pernah mau turun debat secara terbuka di lapak orang, eh, di lapak sendiri juga ngga mau sih. Walaupun gitu, bukan berarti gue ngga pernah ngerusuh di socmed, pernah! Saat belain ka Icha di breastfeeding week dan menghadapi golongan antivaksin untuk menjelaskan bahwa, “Anak lo tuh sehat karena anak sekeliling lo sehat juga! Bukan karena mereka kebal atau gimana!”. Ampe sekarang opini gue masih belum berubah, tapi gue ngga mau ngerusuh di lapak orang.
Menurut gua, ngerusuh di lapak orang membuat image kita jadi jeyek di mata orang yang belum kenal kita. Kita ngasih ‘bad start’ terhadap orang yang belum kenal kita. Sure, masih ada yang bisa ‘nyamber’ di lapak orang dengan argumen yang kokoh, bahasa yang terstruktur dan menerima konsekuensinya sendiri. Sedangkan gua, gua juga punya opini yang mungkin ngga kalah ‘garang’, tapi gue jaim nyahahahaha!
Tapi..
Gue pingin punya image yang ‘baik’, pingin (setidaknya) dari surface jadi orang yang berteman sama siapa aja, jadi orang yang nggak ‘mengerikan’ bagi orang lain. Munafik atau tidak, itu adalah pilihan yang gue buat. Bukan berarti gue ngga suka sama seseorang, gue harus judesin dia sekarang juga, ‘kan? Apalagi di muka umum.
Gue ngga mau menampakkan muka jelek di public space, cukup orang dekat aja yang tau buruknya gue gimana. Orang terdekat yang gue percaya ngga bakal ngebuka borok gue.
Selain itu, ada yang gue pelajari dari berbedat di Facebook:
Nggak lantas mereka akan mengubah pandangan HANYA karena kita jelaskan.
Menurut kita, mereka salah. Begitupun sebaliknya. Ini harus kita terima karena semua orang berhak berpendapat.
Dia ngga bakal mengubah opininya, kita ngga bakal mengubah opini kita, tapi suasana jadi tambah panas and everyone’s pissed.
Jadi mendingan gue ngga ikutan, nggak guna. Kalau followers gue liat, malu. Kalau gue bisa berdebat dengan santun mah oke, nah kalo ‘kepleset’? Gue ngga mau mengambil langkah dimana gue bisa terpeleset.
Tentu ngga semua orang setuju, mungkin ada yang menganggap artinya gue bungkam akan keadilan. Ya keadilan versi siapa?
Gue ingin bersuara ketika sudah ada korban nyawa, udah hitam-putih. Tentu di lapak sendiri dong. Di lapak sendiri, gue punya otoritas. Gue punya kebebasan. Di lapak sendiri, gue ngga takut untuk menyampaikan pendapat karena ya ini rumah gue, gimana sih nyak ngahahaha!
Isu agama dan isu politik adalah 2 hal yang sebisa mungkin nggak gue tampakkan di socmed gue. Oke, bohong. Sekali dua kali gue pernah keselimpet nyebar status serupa. Tapi pingin gue ‘compress’ lagi agar isu itu ngga jadi ‘highlight’ di timeline gue.
Karena isu agama itu sensitif, isu politik itu akan selalu abu-abu. Kita ngga tau apa yang ada di belakang meja perpolitikan. Bisa aja orang yang kita gaung-gaungkan namanya ternyata korupsi, orang yang kita hinakan dibalik jeruji penjara adalah orang yang inosen. ITULAH POLITIK. Politik bisa membuat orang baik berada di balik jeruji penjara. It’s disgusting. Makannya gue ngga mau share berita macam, “Si Anu tertangkap suap di xxx!”, “Si Anu menghapus kebijakan xxx! Dasar ngga pro-blablabla!”. Karena isu politik sangat sarat dengan provokasi, tim sukses yang menyamar jadi haters, bagai kipas dalam sate. Dalam politik, hanya mereka dan Tuhan yang tahu. Um, dan orang belakang? :p
Kembali ke masalah lapak, gue pun pernah mendapat komentar berupa ketidaksetujuan. Tapi gue lebih kepada “Agree to disagree” aja. Kadang komentar kontra seperti itu juga ngga salah-salah amat kok. Makannya gue biasanya bales dengan, “Wah bisa juga seperti tu”. CARI AMAN. Gue ngga mau hanya karena buih-buih kecil, ‘wajah’ gue jadi jelek sebelum kalian kenal dekat sama gue.
“Kalau ngga suka, unfollow aja!”. Ini sih troubleshoot banget, bener banget. Tapi gue sendiri ngga semudah itu unfollow, ada beberapa orang yang ngga gue amini opininya, tapi tetap gue follow. Karena seru aja melihat sudut pandang orang lain.
Gue unfollow ketika orang itu share disturbing pics, gambar kampungan yang merendahkan orang lain, berita hoax dan status yang isinya marah maraaaaaah terus, dengan exclaimed (!) kebanyakan. Langsung, bye. Gue ngga butuh ‘space lebih’ dalam otak gue untuk mencerna gambar-gambar menjijikkan dari lo.
Tapi fitur ini akan sangat berguna kalau kalian bener-bener ‘memilih’ teman, banyak kesaksian (HALAH) kalau timeline Facebooknya jadi adem dan diisi orang-orang yang pinter (dalam artian ngga mudah tersulut dan terprovokasi). Dan ini sebuah bentuk menghargai opini orang lain yang tidak kalian setujui tanpa kalian harus turun ngerusuh.
Solusi banget sih, terimakasih, Facebook!
Tapi gue sendiri juga sedikitnya sedih ketika ngeliat 2 temen berantem karena beda pendapat dan memutuskan untuk memutus silaturahmi padahal kenal deket aja belom nyahahahaha. Kayak, “Yah sayang banget, padahal mereka berdua sebenernya orang baik”. ADUH GUA KAYA TOKOH UTAMA CANDY-CANDY. “Aku ingin dunia damai~”. NGGA MUNGKIN. Tapi ya gue pengen dunia damai.
Dunia ideal dimana orang ngga memaksakan pendapat, bebas menganut agama masing-masing tanpa ada kata-kata “Yesus kan ngga disunat nyahaha!”, “Allah kan ngga bisa dilihat nyahahha!”, “Nyembah patung, kaya ngga ada kerjaan lain aja nyahaha!”. Karena setiap orang berhak memilih keyakinan, apa yang baik untuk imannya. Lah katanya gamau bahas agama? #MYLIFE
Dunia ideal dimana orang bisa berdebat dengan senyum, ngga nyamber dengan rasa pait, kalau ngga setuju sama status orang lebih baik dilakukan dengan cara elegan, bukan dengan kata-kata yang bikin si pemilik lapak jadi offended. Ya orang itu lapak dia kok. Makannya unfol ajah.
Intinya gue sadar bahwa debat di Facebook itu sia-sia. Lo ga bakal berubah, dia ga bakal berubah, situasi jadi tambah panas dan akhirnya kalian putus silaturahmi.
Jadi kalau kalian cinta damai kayak gue, mendingan diemin aja udah. Lapak orang harus kita hormati. Kalau guatel banget pengen nyamber disana, lakukan dengan elegan dan ngga offensive. Jangan salahkan pemilik lapak kalau mereka nyaplok balik, orang lu yang rusuh duluan.
Selalu anggep kalau lapak orang = rumah. Sebagai tamu harus enak, apalagi kalo ngga deket ma pemilik rumah. Makannya, orang yang komen nyablak gaje di Facebook gue adalah orang yang kenal gue secara dekat, makannya mereka berani. Kalo chat aja ngga pernah, komen blog aja ngga pernah, message aja ngga pernah, kenal pribadi si tuan rumah aja ngga, ya mending komen yang lucu-lucu netral aja. Atas nama networking lah pokoknya.
Gue jamin kalau kita lebih menghargai opini orang lain, orang juga mikir dua kali kalo lagi mau ngerusuh di lapak kita. Coba bayangin kalo lo rusuh di lapak orang, terus lo buat kesalahan logic di status, langsung deh orang be like, “Wah dia lagi blunder nih! Sikat deh! Bales dendam! Enak aja, emang lu doang yang bisa ngerusuh? Gue juga bisa!”.
Ato ngga, ya tinggalin Facebook aja. Mainan Plurk. Ato main di games.co.id. Ato donlot Point Blank biar bisa debat ma bocah bocah. Mantap. Tapjiw.
*
“Tulisan kamu tentang parenting nggak menarik, Nahla. Isinya full of yourself” kata kak Icha. Sama seperti tulisan ini yang dari tadi gue-gue-gue, ya namanya orang curhat nyahahaha! Bermanfaat atau ngga ya gatau sih, semoga ada yang bisa didapet dari tulisan gue-gue ala gue ini. Judgemental Series, dimana gue ngedumel tentang dunia. Thank you for your attention, sampe jumpa lagi kapan kapan!
Gue pingin punya image yang ‘baik’, pingin (setidaknya) dari surface jadi orang yang berteman sama siapa aja, jadi orang yang nggak ‘mengerikan’ bagi orang lain. Munafik atau tidak, itu adalah pilihan yang gue buat. Bukan berarti gue ngga suka sama seseorang, gue harus judesin dia sekarang juga, ‘kan? Apalagi di muka umum.
Gue ngga mau menampakkan muka jelek di public space, cukup orang dekat aja yang tau buruknya gue gimana. Orang terdekat yang gue percaya ngga bakal ngebuka borok gue.
Selain itu, ada yang gue pelajari dari berbedat di Facebook:
Nggak lantas mereka akan mengubah pandangan HANYA karena kita jelaskan.
Menurut kita, mereka salah. Begitupun sebaliknya. Ini harus kita terima karena semua orang berhak berpendapat.
Dia ngga bakal mengubah opininya, kita ngga bakal mengubah opini kita, tapi suasana jadi tambah panas and everyone’s pissed.
Jadi mendingan gue ngga ikutan, nggak guna. Kalau followers gue liat, malu. Kalau gue bisa berdebat dengan santun mah oke, nah kalo ‘kepleset’? Gue ngga mau mengambil langkah dimana gue bisa terpeleset.
Tentu ngga semua orang setuju, mungkin ada yang menganggap artinya gue bungkam akan keadilan. Ya keadilan versi siapa?
Gue ingin bersuara ketika sudah ada korban nyawa, udah hitam-putih. Tentu di lapak sendiri dong. Di lapak sendiri, gue punya otoritas. Gue punya kebebasan. Di lapak sendiri, gue ngga takut untuk menyampaikan pendapat karena ya ini rumah gue, gimana sih nyak ngahahaha!
Isu agama dan isu politik adalah 2 hal yang sebisa mungkin nggak gue tampakkan di socmed gue. Oke, bohong. Sekali dua kali gue pernah keselimpet nyebar status serupa. Tapi pingin gue ‘compress’ lagi agar isu itu ngga jadi ‘highlight’ di timeline gue.
Karena isu agama itu sensitif, isu politik itu akan selalu abu-abu. Kita ngga tau apa yang ada di belakang meja perpolitikan. Bisa aja orang yang kita gaung-gaungkan namanya ternyata korupsi, orang yang kita hinakan dibalik jeruji penjara adalah orang yang inosen. ITULAH POLITIK. Politik bisa membuat orang baik berada di balik jeruji penjara. It’s disgusting. Makannya gue ngga mau share berita macam, “Si Anu tertangkap suap di xxx!”, “Si Anu menghapus kebijakan xxx! Dasar ngga pro-blablabla!”. Karena isu politik sangat sarat dengan provokasi, tim sukses yang menyamar jadi haters, bagai kipas dalam sate. Dalam politik, hanya mereka dan Tuhan yang tahu. Um, dan orang belakang? :p
Kembali ke masalah lapak, gue pun pernah mendapat komentar berupa ketidaksetujuan. Tapi gue lebih kepada “Agree to disagree” aja. Kadang komentar kontra seperti itu juga ngga salah-salah amat kok. Makannya gue biasanya bales dengan, “Wah bisa juga seperti tu”. CARI AMAN. Gue ngga mau hanya karena buih-buih kecil, ‘wajah’ gue jadi jelek sebelum kalian kenal dekat sama gue.
“Kalau ngga suka, unfollow aja!”. Ini sih troubleshoot banget, bener banget. Tapi gue sendiri ngga semudah itu unfollow, ada beberapa orang yang ngga gue amini opininya, tapi tetap gue follow. Karena seru aja melihat sudut pandang orang lain.
Gue unfollow ketika orang itu share disturbing pics, gambar kampungan yang merendahkan orang lain, berita hoax dan status yang isinya marah maraaaaaah terus, dengan exclaimed (!) kebanyakan. Langsung, bye. Gue ngga butuh ‘space lebih’ dalam otak gue untuk mencerna gambar-gambar menjijikkan dari lo.
Tapi fitur ini akan sangat berguna kalau kalian bener-bener ‘memilih’ teman, banyak kesaksian (HALAH) kalau timeline Facebooknya jadi adem dan diisi orang-orang yang pinter (dalam artian ngga mudah tersulut dan terprovokasi). Dan ini sebuah bentuk menghargai opini orang lain yang tidak kalian setujui tanpa kalian harus turun ngerusuh.
Solusi banget sih, terimakasih, Facebook!
Tapi gue sendiri juga sedikitnya sedih ketika ngeliat 2 temen berantem karena beda pendapat dan memutuskan untuk memutus silaturahmi padahal kenal deket aja belom nyahahahaha. Kayak, “Yah sayang banget, padahal mereka berdua sebenernya orang baik”. ADUH GUA KAYA TOKOH UTAMA CANDY-CANDY. “Aku ingin dunia damai~”. NGGA MUNGKIN. Tapi ya gue pengen dunia damai.
Dunia ideal dimana orang ngga memaksakan pendapat, bebas menganut agama masing-masing tanpa ada kata-kata “Yesus kan ngga disunat nyahaha!”, “Allah kan ngga bisa dilihat nyahahha!”, “Nyembah patung, kaya ngga ada kerjaan lain aja nyahaha!”. Karena setiap orang berhak memilih keyakinan, apa yang baik untuk imannya. Lah katanya gamau bahas agama? #MYLIFE
Dunia ideal dimana orang bisa berdebat dengan senyum, ngga nyamber dengan rasa pait, kalau ngga setuju sama status orang lebih baik dilakukan dengan cara elegan, bukan dengan kata-kata yang bikin si pemilik lapak jadi offended. Ya orang itu lapak dia kok. Makannya unfol ajah.
Intinya gue sadar bahwa debat di Facebook itu sia-sia. Lo ga bakal berubah, dia ga bakal berubah, situasi jadi tambah panas dan akhirnya kalian putus silaturahmi.
Jadi kalau kalian cinta damai kayak gue, mendingan diemin aja udah. Lapak orang harus kita hormati. Kalau guatel banget pengen nyamber disana, lakukan dengan elegan dan ngga offensive. Jangan salahkan pemilik lapak kalau mereka nyaplok balik, orang lu yang rusuh duluan.
Selalu anggep kalau lapak orang = rumah. Sebagai tamu harus enak, apalagi kalo ngga deket ma pemilik rumah. Makannya, orang yang komen nyablak gaje di Facebook gue adalah orang yang kenal gue secara dekat, makannya mereka berani. Kalo chat aja ngga pernah, komen blog aja ngga pernah, message aja ngga pernah, kenal pribadi si tuan rumah aja ngga, ya mending komen yang lucu-lucu netral aja. Atas nama networking lah pokoknya.
Gue jamin kalau kita lebih menghargai opini orang lain, orang juga mikir dua kali kalo lagi mau ngerusuh di lapak kita. Coba bayangin kalo lo rusuh di lapak orang, terus lo buat kesalahan logic di status, langsung deh orang be like, “Wah dia lagi blunder nih! Sikat deh! Bales dendam! Enak aja, emang lu doang yang bisa ngerusuh? Gue juga bisa!”.
Ato ngga, ya tinggalin Facebook aja. Mainan Plurk. Ato main di games.co.id. Ato donlot Point Blank biar bisa debat ma bocah bocah. Mantap. Tapjiw.
*
“Tulisan kamu tentang parenting nggak menarik, Nahla. Isinya full of yourself” kata kak Icha. Sama seperti tulisan ini yang dari tadi gue-gue-gue, ya namanya orang curhat nyahahaha! Bermanfaat atau ngga ya gatau sih, semoga ada yang bisa didapet dari tulisan gue-gue ala gue ini. Judgemental Series, dimana gue ngedumel tentang dunia. Thank you for your attention, sampe jumpa lagi kapan kapan!
Kalo aku sih gatel banget, pengen bikin petisi untuk bikin mata kuliah wajib "Pengantar Ilmu Politik" bagi semua jurusan! Wkwkwwk. Habis menurutku politik itu gak bisa cuma dikaitkan dengan jurusan IPS aja soalnya dalam kehidupan sehari-hari aja sebenernya kita udah sarat hidup berpolitik. :3
BalasHapusPolitik itu poli kitik kitik ya
HapusNah ini. Ini nahla, muahahahaha ini mana tombol likenya ini
BalasHapusShare dong mba wintegg
Hapusnah lo mending buat post yang gini aja.
BalasHapusdrpd bwt yang beauty, komen tentang blending, eh sendirinya kemampuan blending apaan itu
Kalau acara rusah rusuh baiknya menghindar aja, secara gue juga ga nyaman dengan status rusuh, tapi cara menghindarkannya ya udah scroll lewati, cari aja post, status yang adem ayem. Sama kayak cari tempat makan ya, kalau mau yg pedes di sana mau yang manis di situ mau yang seger di sini..keep smile aja.
BalasHapusIya (y)
HapusHai mbak, salam kenal
BalasHapusSelama ini jadi silent reader doang sih.
Ak suka banget baca jugdemental seriesnya 😊😊
Tengkyu ya Rei
HapusSuka sama postingan ini. Eh,, Mbak, saya email kok nggak dibales? 😊
BalasHapusTadi ngga ada email mba :D
HapusSuka sama postingan ini. Eh,, Mbak, saya email kok nggak dibales? 😊
BalasHapustulisan ini bagus sih hahahha kamu beropini aja makanya jangan curhat atau bikin tips #ASTapproved! XD
BalasHapusAKU TETEP MAU TIPS BODOAMAT
HapusAku paling males debat di medsos, padahal ada temen yg nyebelin abissss statusnya. Tutup mata aja lah
BalasHapusSamaaaa
HapusWhoaa,,, ijin share yah.
BalasHapusjangan lupa main ke gubuk akuh chandratatian.blogspot.com syukur2 mau ngasih masukan. Atau nggak durasi baca post-nya cuma satu menit kok, cepet banget. :)
apapun yg terjadi, minumnya terserah anda...
BalasHapusMERDEKAAAAA...!!!
aku males banget debat di sosmed.. kalau udh keterlaluan, sekalian kuhapus aja sih status akunya hahah
BalasHapuskmren2 sempet sortir friendlist dari 4000 tinggal 1000an skrg, soalnya banyak anak alay yang aduh, sorry to say.. menyakiti mata dan keindahan timeline :D sekarang sih udh lumayan aman, isinya org2 terdekat sm bbrapa teman blogger hahah
http://www.fujichan.net/
Bagus nih tulisannya.
BalasHapusKadang kalo ngeliat temen-temen laen pada rusuh di lapak fb orang, gatel sih pengen balas. cuma yaaa ga bakalan kelar juga sih. karena tiap orang punya pandangan dan persepsi yang berbeda-beda. jadi cukup dinikmati saja hehehe :)
Rusuh boleh, tapi di lapak sendiri yeekan hahahaha :D
Suka! Mana sih tombol likenya?
BalasHapusSebenarnya masih heran kenapa orang bisa begitu alergi dengan perbedaan. Tidakkah melihat pelangi itu indah karena banyak warna?
Kok ya mau hidup hanya satu warna yang membosankan. Belajar melihat dari sudut pandang lain itu seru. Selama nggak ada orang yang memaksakan pendapatnya diikuti.
kdng heran jg sih kak bnyak bgt di te-el fb penuh dendam gitu kayanya statusnya marah2 muluk kan pingin cari hiburan di fb, lah nemunya kebalikannya. yaudah deh ngubek2 blog ini aee lahh, dapat ilmu jugak *nahh
BalasHapushttp://kawaii-diary98.blogspot.co.id
alhamdulillah kalau fb, isinya temen2 blolgger. palingan share artikel mereka. yg g aman itu broadcast ga jelas yg masuk dr grup chat ke grup chat lain
BalasHapusSemua orang langsung bisa jadi hakim saat udah masuk facebook :)
BalasHapus